KO DI RONDE PERTAMA
Tanggal 29 Juni 2011 adalah hari libur, hari besar dan hari yang amat menyenangkan, sekurangnya bagi karyawan paroki St.Helena. Hari ini seluruh karyawan bersama keluarganya mengadakan piknik bersama ke Dunia Fantasi, Ancol. Adapun yang mengatur acara ini adalah bu Rini, HRD paroki St.Helena, dibantu bu Betty dan bu Ningsih, seksi Rumah Tangga.
Kami berangkat pukul 08.30 beriringan dengan 4 kendaraan, termasuk kendaraan pastor paroki. Suasana riang gembira sudah terasa sejak dari bedeng. Bu Betty dan bu Ning sibuk mengatur perbekalan: nasi kotak, snack dan minuman mineral. Perjalanan lancar dan cuaca amat bagus.
Nampaknya banyak orang memilih tujuan yang sama untuk melewatkan hari libur. Dufan terasa penuh sesak dengan manusia. Untuk antri tiket-pun harus memiliki kesabaran besar. Bu Rini yang mengorbankan dirinya untuk antri, sempat kesal. Pasalnya, harga tiket ternyata lebih mahal 20% dari biasanya. Sementara itu, para karyawan dan keluarganya, memanfaatkan waktu menunggu dengan membuka bekal yang dibagi seksi Rumah Tangga. “Lumayan, sarapan kedua!”, ujar pak Jana yang baru pertama kalinya ke Dufan.
Sesudah tiket didapat, kami beramai-ramai memasuki Dufan. Di semua wahana orang harus antri. Satu-satunya tempat dimana tidak terlihat antrian adalah Musola! Sementara antrian paling panjang adalah di wahana Istana Boneka.
Daya tahan karyawan St.Helena dan keluarganya rupanya tidak sehebat penampilannya. Anak pak Jamong, laki-laki sejati meski bernama Fero, adalah yang pertama tumbang. Ia muntah-muntah sesudah turun dari permainan Pontang-Panting. Pak Jamong sendiri juga mengikuti jejak anaknya, tumpah. Yang mengharukan adalah para Satpam kita. Badan mereka tegap-tegap dan berotot. Dengan gagah berani, mereka langsung memilih permainan paling berat: Tornado. Sesungguhnya permainan ini membutuhkan nyali dan ketahanan fisik yang bagus. Hampir semua orang yang ikut dalam permainan ini menjerit-jerit histeris. Maklumlah, tubuh mereka dihempas-hempas dan dijungkir-balikkan di udara dengan kecepatan tinggi. Sesudah turun dari Tornado, pak Ivan yang berbadan paling kekar, berjalan terhuyung-huyung dengan wajah pucat pasi. Ia langsung mencari kursi untuk duduk, menenangkan diri. Pak Alex malah lebih parah. Ia tiba-tiba seperti yang kehilangan gairah hidupnya. Ia dipapah berjalan ke belakang pohon untuk muntah. Saat ditawari untuk mengikuti permainan berikutnya, dengan lemah pak Alex menjawab: “Cukup…!”. Para Satpam St.Helena yang perkasa itu nampaknya langsung KO di Ronde pertama!
Heri Kartono.