Sabtu, 20 Agustus 2011

Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)



SEPERTI PEMAIN BOLA DI BRASIL

Menarik bila kita membandingkan pemimpin bangsa yang pernah kita miliki. Bung Karno, amat populer karena pandai menggerakkan orang dengan pidatonya yang berapi-api. Ia seorang tokoh yang penuh kharisma. Namun, Bung Karno dianggap tidak memiliki system yang jelas. Sebaliknya Suharto, bila ia berpidato, orang lebih memililih mematikan radionya. Suharto seperti yang gagap bila harus berorasi. Meski demikian, ia dianggap memiliki program yang jelas. Pelita atau Pembangunan Lima Tahun adalah salah satu yang dihasilkan pada era pemerintahannya. Pemimpin yang lain, Habibi, Megawati dan Gus Dur, masing-masing memiliki gaya tersendiri. Bagaimana dengan kepemimpinan SBY? Silahkan anda menilainya sendiri.

Sosok pemimpin amat penting bagi suatu kelompok. Pemimpin yang mempunyai visi yang jelas dan inspiratif, mampu membawa orang yang dipimpinnya menuju cita-cita bersama yang mulia. Hal yang sama berlaku di lingkungan Gereja. Kemana umat dan Gereja akan melangkah maju, sebagian ditentukan oleh pemimpinnya. Dalam rangka itu, Uskup kita, Mgr.Ign.Suharyo Pr telah mencanangkan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta (Ardas KAJ) untuk jangka waktu lima tahun ke depan (2011-2015).

Ardas KAJ yang diumumkan Paskah 2011 yang lalu, pada intinya memuat tiga pilar utama. Pertama, Ardas mengajak kita memperdalam iman akan Yesus Kristus. Iman kepada Kristus diyakini melandasi segala tindakan konkrit kita. Kedua, Ardas mengajak kita bersama membangun persaudaraan sejati. Sejatinya, Gereja tidak mengenal pembedaan ras, suku atau apapun. Kita semua adalah anak-anak Allah. Oleh sebab itu, persaudaraan sejati adalah amat Kristiani… Ketiga, Ardas mendorong kita untuk terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat. Gerak langkah kita tidak hanya berlaku untuk kalangan kita sendiri melainkan juga untuk masyarakat di sekitar kita. Ardas menyadarkan bahwa kita adalah bagian dari masyarakat luas. Ketiga pilar Ardas tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan satu kesatuan.

Apa sih perlunya Ardas? Pertanyaan seperti ini bisa saja muncul di benak kita. Mungkin ilustrasi berikut ini dapat membantu kita menjawab pertanyaan tsb. Di Tangerang ada banyak lapangan sepak bola. Di Brasil juga. Kondisi lapangan bisa sama persis, demikian juga aturan permainan-nya. Namun, mengapa di Brasil dapat tercipta pemain-pemain kaliber internasional sementara di Tangerang tidak? Nampaknya di Brasil ada hal yang menggerakan, mendorong dan membakar hati orang sehingga mereka mampu berprestasi maksimal. Itulah yang membedakan. Diharapkan, Ardas juga mampu menggerakkan, mendorong dan membakar hati kita untuk secara maksimal mengembangkan hidup kristiani kita.

Agar Ardas sungguh menjiwai hati setiap umat, pertama-tama perlu adanya sosialisasi. Kita semua, tanpa kecuali, ikut bertanggung jawab menyebarkan, mengkomunikasikan serta menanamkan pilar-pilar Ardas KAJ di hati semua umat hingga ke tingkat yang terkecil. Itulah harapan dan tanggung jawab kita bersama. (Dimuat di Majalah WARNA edisi September 2011).

Heri Kartono, OSC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar