Kamis, 18 Agustus 2011

Paroki Santa Helena (17 Agustus 2011)




17 AGUSTUS DAN PESTA RAKYAT

Sambil menyanyikan lagu “Hari Merdeka” umat melambai-lambaikan bendera merah-putih kecil di tangan mereka. Suasana terasa meriah campur haru. Itulah sekilas Misa 17 Agustus 2011 di Paroki Santa Helena, Curug. Koor OMK (Orang Muda Katolik) dibantu grup Orkes Keroncong pimpinan pak Ade Hidayat dari Bonang, turut meramaikan misa kemerdekaan tersebut.

Dalam misa kali ini, ada yang agak lain dari biasanya. Setelah pembacaan Injil, pastor Paroki menyampaikan bahwa pemberi renungan adalah seorang awam, yaitu Bapak Lawrence Tjandra, seorang pengamat sosial. “Topik kali ini agak khusus, jadi seorang pengamat akan lebih kena dalam memberi renungan”, begitu pastor Paroki memberi alasan.

Lawrence Tjandra, yang bekerja di bidang Public Relations, memberi ulasan menarik tentang kondisi bangsa kita. Dengan contoh-contoh yang gamblang, Lawrence menyadarkan umat bahwa bangsa kita seolah-olah hebat dan besar namun keropos. “Hampir semua bidang penting seperti air, komunikasi, per-bank-an dikuasai pihak asing!”, ujarnya lantang. Lawrence mengajak umat untuk turut peduli pada nasib bangsa dan menggali nilai-nilai luhur bangsa kita, bukannya malah membanggakan nilai-nilai bangsa lain.

Selesai memberi renungan, secara spontan umat memberi aplaus dengan tepuk tangan panjang. Atas kejadian tersebut, pastor Bobby yang memimpin Misa memberi komentar: “Selama bertahun-tahun saya berkotbah, tak pernah saya mendapat tepuk tangan. Tapi, pak Lawrence ini baru pertama kali berkotbah, langsung mendapat tepuk tangan meriah!!”, ujar Pastor Bobby disambut tawa umat.

Sesudah Misa, acara dilanjutkan dengan Pesta Rakyat di Plaza Gereja. Panitia menyediakan aneka macam jajanan dan minuman rakyat seperti Ubi goreng, Kacang Rebus, Jagung Rebus, Bakso, Wedang Jahe, Wedang Ronde. Coca Cola, Fanta dan Air Mineral-pun tersedia. “Kami perkirakan yang datang sekitar 300-an orang, tapi ini lebih dari 600 orang yang datang!”, keluh bu Betty yang mengkoordinir konsumsi. Beberapa orang memang gigit jari karena kehabisan makanan.

Umat yang telah mengambil makanan dan minuman, mencari tempat duduk yang diatur secara berkelompok. Sambil menikmati makanan-minuman, umat disuguhi musik keroncong dari atas panggung. Malam yang cerah dengan penerangan puluhan obor membuat suasana terasa nyaman. “Asyik sekali acara malam ini ya!”, celetuk seorang ibu sambil melahap bakso di tangannya. (Foto atas: Pak Lawrence Tjandra, jepretan pak Jo Hanafi).

Heri Kartono.

7 komentar:

  1. Rm Heri yg baik hati...

    Terima kasih .. ide rm membuat byk org senang lhoo..
    Tenyata peminat musik "jadul" di Helena msh banyak dan semua kelihatan sng lhoo , bisa bernyanyi bersama .
    Makasi "Es Lilin "....nya jg mo ...

    BalasHapus
  2. Saya yakin keroncong pasti membawa suasana kerakyatan yang pas dengan suasana saat kemerdekaan RI 66 tahun yang lalu. Selain itu pembicara awam adalah sebuah selingan yg kreatif agar umat meresapi keawaman mereka yang menyatu dengan gereja. Selamat ya Romo:)

    BalasHapus
  3. Romo Heri,
    Lama tak saling berkabar. Saya baru selesai membaca tulisan romo ini. Senang membaca bahwa masih ada yang sadar bahwa bangsa kita tidak sehebat yang kita pikir dan cara penyampaiannya yang (pasti) menarik. Lebih mengena dan lebih didengar barangkali. Salam merdeka dari jauh.

    BalasHapus
  4. Romo,

    terima kasih banyak atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya. Sungguh pengalaman pertama yang luar biaa.

    Sekedar meluruskan, saya bekerja di bidang public relations dan bukan public speaking. Bagi yang ingin mengetahui kisah di balik renungan saya, silakan membuka www.lawrencetjandra.blogspot.com

    salam, Lawrence Tjandra

    BalasHapus
  5. Romo.. Terima Kasih...Perayaan Misa HUT RI di Paroki St. Helena berlangsung meriah... apalagi ditambah awam memberikan renungan sebagai pengganti kotbah...GBU (Andi Singgih)

    BalasHapus
  6. Hebat Mo, perayaan kemerdekaannya!
    Salam buat Pak Lawrence
    benar yg dikatakan Pak Lawrence,
    negara kita ini adalah negara keropos.

    Kasihan pada mereka yg masih mengelu-elukan
    hari kemerdekaan dgn lugu-polos-ikhlas itu,
    ditipu mentah2, se-olah2 negara kita ini
    gemah ripah loh jinawi....he..he..

    salam,

    BalasHapus
  7. Ide Romo Heri memang selalu hangat, kreatif, dan terbuka. Membaca kisah perayaan kemerdekaan St Helena yang unik ini dan juga isi homili Pak Lawrence di blog beliau, rasanya bagaikan sehangat wedang rode yang diseruput bersama sesama umat beriman yang kompak, dalam alunan mendayu tembang-tembang keroncong jadul....bravo keluarga besar St Helena, selamat untuk pak Lawrence, dan semoga semangat mengisi kemerdekaan dengan kebaikan, kejujuran dan kerja keras semakin mewujud di antara kita. Tuhan memberkati.

    BalasHapus